Setiap Anak Cerdas! Setiap Anak Kreatif!

April 23, 2020by @gallileolei0

Anak merupakan aset paling berharga. Tak heran setiap orang tua mengupayakan yang terbaik. Impian sebagian besar adalah sang buah hati tumbuh cerdas dan kreatif. Sebab dari situ rasa bangga tercapai dan menjadi jaminan untuk kelayakan hidupnya kelak. Namun masalahnya, bagaimana jika kenyataan berbanding terbalik? Standar anak cerdas maupun kreatif  tak terpenuhi. Sebelum mencari solusi, mari kenali dulu konsep keduanya. 

Mengenali Anak Cerdas

anak cerdas
Gambar oleh White77 dari Pixabay

Anak cerdas seringkali diartikan saat berhasil meraih peringkat tiga besar di kelas. Tak sedikit orang tua marah, mengeluh, ketika si kecil kurang nilainya di bangku sekolah. Pernyataan yang muncul, “anak saya tidak cerdas, anak saya terlambat belajar”. 

Tunggu dulu, apakah benar patokan kecerdasan hanya pada nilai akademis? Tentu saja tidak, jangan lupakan bahwa ada istilah IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Social Quotient).  

IQ merupakan kecerdasan anak seputar cara berpikir dalam menyelesaikan masalah logika. Besar atau kecil nilai rapor dipengaruhi tingkat kemampuan ini. Sementara EQ berkaitan dengan kecerdasan anak mengenali, mengendalikan, serta menata perasaan sendiri maupun orang lain. 

Hasilnya adalah rasa empati, motivasi, dan cerdas menghadapi segala kondisi. Daniel Goleman menyebut kemampuan ini memberi pengaruh paling besar terhadap keberhasilan hidup seseorang. Kemudian kecerdasan SQ berupa kemampuan anak menaati. SQ merupakan fasilitas yang membantu anak untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran anak untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna.

Sekarang coba renungkan sejenak, manakah jenis kecerdasan yang anak Kamu miliki? Pasti ada. Bukan bermaksud mengenyampingkan IQ. Kecerdasan ini juga sangat penting dan wajib diasah. 

Namun poinnya adalah jangan hanya berfokus memaksakan anak untuk memenuhi standar yang kamu tetapkan. Berhenti menganggap bahwa kecerdasan hanya berupa logis dan matematis.

Tugas orang tua mencari tahu pada bidang apakah potensi anak. Sebab menurut Howard Gardner, psikolog asal Harvard University, setiap anak mempunyai delapan jenis kecerdasan yang tergabung secara unik dan kombinasinya berlainan. 

Anakmu mungkin kurang nilai matematikanya, tetapi coba lihat dulu bagaimana kemampuan dalam seni, olahraga, atau lainnya. Ya, setiap anak cerdas!

Mengenali Anak Kreatif

anak cerdas
Gambar oleh Ben Kerckx dari Pixabay

Sudah berapa banyak si kecil corat-coret tembok, membongkar mainan, atau membuat ide ‘gila’? Kesalahannya, orang tua seringkali menganggap ini sebagai kenakalan. Padahal, itulah indikasi bahwa si kecil kreatif. 

Sebagaimana penuturan psikolog Mayke Tedjasaputra, M.Si. bahwa di masa golden age, anak sedang dalam masa inisiatif. Biarkan dia mengeksplorasi semuanya. Kamu tinggal mengarahkan, tidak banyak melarang, tidak melulu melayani. Kemudian memupuknya hingga muncul kreativitas-kreativitas briliannya.  

Membangun Kecerdasan dan Kreativitas Anak

anak cerdas
Gambar oleh Sandry Rivera dari Pixabay

Siapa orang tua tak mau anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi cerdas dan kreatif? Dua kemampuan yang berpengaruh besar terhadap kesuksesan hidup. Namun, sebelum dia tumbuh dewasa untuk sepenuhnya mengontrol diri sendiri, orang tua sebagai pendidik utama harus membangun kuat pondasinya.

Sebelum membangun kecerdasan dan kreativitasnya, bangun keyakinan terlebih dahulu bahwa Tuhan menciptakan setiap anak dengan keunggulan masing-masing. 

Selanjutnya berbicara soal kecerdasan, Kamu perlu mengetahui bahwa ada 8 jenis kecerdasan yang mungkin dimiliki setiap anak. Di antaranya yaitu, kecerdasan linguistik, logis matematis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, naturalis, antarpribadi dan intrapribadi.

Ajak anak menggali bakat dan minatnya, sementara Kamu juga perlu peka serta cermat. Setelah ditemukan, pakai cara yang tepat sesuai jenis kecerdasannya. Ingat, lebih baik fokus memupuk bibit yang unggul.

Kecerdasan tak berguna optimal tanpa dibarengi kreativitas. Sebab kemampuan ini yang membuat seseorang berhasil melakukan sesuatu secara efisien dan efektif. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pada dasarnya setiap anak lahir dengan kemampuan kreatif. Namun, untuk mempertahankan kemudian mengembangkan hingga dewasa perlu proses dan diasah. 

Cara membangunnya, sejak kecil bangun suasana terbuka dan menyenangkan. Biarkan anak tumbuh dengan ide-ide, tanyakan apa pendapatnya tentang segala sesuatu. Kamu tinggal mengarahkan jika ada perbuatan yang dilakukan menyalahi aturan. 

Terpenting, sebagai orangtua harus mampu memberikan contoh yang baik. Selain itu, mengingat pendidikan formal masih lebih banyak terfokus pada pengembangan otak kiri, maka Kamu harus mengisi ruang yang kurang. Fasilitasi anak agar otak kanannya berkembang secara optimal. Misal, dengan bermain alat musik, membuat kerajinan tangan, dan lain sebagainya. 

Jadi, sudah optimis bahwa setiap anak cerdas dan kreatif? Sekarang segera lakukan gerakan untuk memupuk keduanya. Selama pengasuhan penuh dengan cinta kasih, besar kemungkinan anak-anak tumbuh menjadi yang terbaik. Peluk si kecil, perhatikan apa bakat dan minatnya. Ucapkan dengan penuh optimisme, “Anak-anak saya cerdas dan kreatif”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *