Sejauh ini, kita mungkin hanya familiar terhadap beberapa pemanis alami seperti gula sukrosa, glukosa atau fruktosa. Perlu diketahui, bahwa pemanis alami tersebut berasal dari golongan karbohidrat yang bisa diproses menjadi kalori. Namun tahukah kamu, bahwa ada pemanis yang tidak berkalori. Pemanis ini sebenarnya sudah lazim kita dengar dan lihat di beberapa komposisi makanan olahan. Namanya adalah Sakarin.
Penasaran dengan pemanis yang satu ini? Bagaimana bisa sejenis pemanis tidak mengandung kalori? Amankah pemanis buatan ini untuk dikonsumsi? Yuk, simak info berikut ini!
Sejarah Munculnya Sakarin
Sakarin adalah sejenis pemanis buatan yang sudah ditemukan berabad lamanya. Pemanis ini mulai banyak dipergunakan sejak Perang Dunia I untuk menggantikan peran gula alami yang sulit didapatkan. Sakarin ditemukan oleh seorang ahli kimia berasal dari Rusia yang bernama Constantin Fahlberg. Penemuan ini terjadi dengan tidak sengaja.
Mulanya, Fahlberg sedang mengadakan penelitian dengan saling mencampur bahan arang dan tembakau. Saat pulang, Fahlberg lupa tidak mencuci tangannya dan langsung makan. Roti yang dia makan terasa jauh lebih manis dari biasanya. Dia menduga, rasa manis ini dihasilkan dari sisa campuran bahan kimia yang dibuatnya tadi.
Penemuan Fahlberg ini terjadi pada tahun 1879 saat dia bekerja di industri batu bata. Dengan penelitian lanjutannya, Sakarin berhasil diproduksi dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pemanis sehari-hari. Penggunaan Sakarin secara meluas sudah mulai dilakukan sejak tahun 1884.
Komposisi Sakarin
Sebagai pemanis buatan, Sakarin memiliki rasa manis yang lebih kuat dari pemanis alami seperti gula. Kadar manisnya bisa mencapai 400 kali lipat dari pemanis Sukrosa. Komposisi utama dari Sakarin adalah Sulfinida Benzoat.
Strukturnya sangat berbeda dengan karbohidrat sehingga jelas dipastikan tidak akan diubah menjadi kalori. Sebanyak apapun kamu mengkonsumsi Sakarin, pemanis buatan ini tidak akan membuat menjadi gemuk.
Hanya saja, Sakarin memiliki beberapa kekurangan. Dalam tingkat penggunaan yang terlalu tinggi, rasa manis Sakarin akan meninggalkan rasa pahit atau logam. Untuk itu, penggunaannya seringkali dibantu dengan campuran Siklamat. Satu hal lain yang perlu diperhatikan, Sakarin tidak terserap sebagai sari-sari makanan. Pemanis buatan ini akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urine.
Sifat Sakarin
Sebagai bahan makanan buatan, pastinya ada plus minus yang dimiliki makanan ini. Hal ini berhubungan dengan beberapa sifat dari Sakarin. Diantaranya adalah :
-
Tidak Bereaksi Terhadap Rasa Makanan
Penggunaan Sakarin tidak akan mengubah rasa dari makanan tertentu. Makanan yang ditambahkan Sakarin juga tidak akan mengalami kerusakan rasa yang berarti.
-
Mengikat Rasa Manis Lebih Lama
Penggunaan beberapa pemanis buatan lainnya seperti Aspartame seringkali gagal karena rasa manisnya tidak bertahan lama. Oleh sebab itu, pemakaian Aspartame selalu dibarengi dengan Sakarin supaya rasa manis bisa lebih awet. Apalagi untuk beberapa makanan dalam kemasan, rasa manis selalu berkurang setelah makanan mengalami proses pengemasan.
-
Sulit Larut dalam Air
Di Indonesia, Sakarin yang umumnya dipakai oleh industri makanan berbentuk garam natrium. Hal ini menyesuaikan kebutuhan pengolahan makanan karena Sakarin dalam bentuk aslinya memiliki sifat sulit larut dalam air.
-
Tidak Diserap sebagai Nutrisi
Sakarin tidak dianggap sebagai nutrisi pangan yang akan diserap oleh tubuh. Makanan ini hanya bersifat memberikan rasa manis dan tidak masuk dalam aliran darah. Sakarin akan dikeluarkan dari sistem pencernaan melalui urin.
Inilah mengapa Sakarin tidak akan membuat tubuh menjadi kelebihan kalori. Hanya saja, kadar rasa manis yang tinggi akan menyebabkan penurunan gula darah karena insulin yang menurun.
Karena merupakan bahan makanan buatan, Sakarin masih diragukan manfaatnya. Banyak yang beranggapan bahwa pemanis ini dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Seorang ahli kesehatan bernama Harvey Wiley berpendapat bahwa pemanis buatan ini berbahaya. Struktur kimianya yang dianggap mirip dengan tar batubara menjadi salah satu penyebabnya.
Sampai hari ini, beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan ini tidak bersifat racun terhadap tubuh manusia. Itulahmengapa pemakaian Sakarin masih aman dan diizinkan dalam takaran tertentu. Ada batasan pemakaian Sakarin pada makanan olahan yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia yaitu 300 mg/kg. Jadi kesimpulannya, Sakarin cukup aman untuk dikonsumsi.